Berdasarkan hasil survei lapangan, di Surabaya banyak sisa dan bekas kain denim yang seringkali dibuang, ditumpuk dan dibakar. Sisa dan bekas kain denim tersebut dihasilkan dari USAha konveksi berbahan kain denim, jasa permak jeans, maupun celana jeans bekas konsumsi perorangan yang seringkali dibuang karena sudah lama atau USAng. Masyarakat seringkali enggan untuk mengelola kembali sisa kain denim maupun jeans bekas menjadi barang yang lebih berdaya guna dan lebih memilih untuk membuang dan membakarnya karena alasan kurangnya waktu dan kreativitas. Padahal apabila sisa dan bekas kain tersebut dimanfaatkan kembali, selain untuk mengurangi jumlah sampah yang beredar, produk yang dihasilkan dapat menjadi sebuah USAha yang bisa mendatangkan keuntungan materi bagi pengelolahnya. Metode berpikir yang dipakai dalam ide pengelolaan sisa dan bekas kain denim, yaitu metode Design Thinking, dengan mengadopsi lima tahapan antara lain, empathize, define, ideate, prototype, dan test. Dari penerapan metode tersebut, produk yang dihasilkan dari pengolahan sisa dan bekas kain denim berupa beberapa jenis tas seperti sling-bag, clutch serta sarung bantal dengan branding produk bernama D'nims. Produk D'nims sudah dipasarkan melalui media sosial dan acara bazaar, dan berhasil menarik minat masyarakat, yang mana membutikan bahwa produk ini layak untuk dijual dan melalui penjualannya memperoleh keuntungan.